Senin, 19 November 2012

Berwudhu Saat Tergesa-gesa



عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَرْسَلَ إِلَى رَجُلٍ، مِنْ الْأَنْصَار،ِ فَجَاءَ وَرَأْسُهُ يَقْطُرُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَعَلَّنَا أَعْجَلْنَاكَ، فَقَالَ نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا أُعْجِلْتَ، أَوْ قُحِطْتَ، فَعَلَيْكَ الْوُضُوءُ
(صحيح البخاري)
“Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra: Sungguh Rasulullah SAW mengutus untuk memanggil seorang Anshar, maka ia datang dengan wajah yang masih basah dan bertetesan air, maka berkata Nabi SAW: “Tampaknya kami telah membuatmu tergesa gesa?”, ia berkata benar, maka bersabda Nabi SAW: jika kau tergesa gesa maka cukup bagimu wudhu” (untuk sementara sebelum mandi). (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Memiliki dan melimpahkan kebahagiaan dengan kehendakNya kepada makhluk-makhlukNya sepanjang waktu dan zaman, maka hamba-hambaNya melewati kehidupan dan pasti akan menemui kematian. Kehidupan dunia yang fana dan kehidupan akhirat yang kekal adalah milik Allah subhnahu wata’ala Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi. Yang mana dengan mengingatNya seorang hamba akan terangkat kepada tangga keluhuran yang lebih tinggi, yang dengan mengingatNya maka seseorang akan semakin terang benderang dengan cahayaNya, cahaya hidayah, cahaya pengampunan, cahaya bimbingan, cahaya kemudahan, cahaya keluhuran, cahaya kasih sayangNya, cahaya cintaNya, cahaya kelembutanNya, cahaya kebahagiaan dunia dan akhirat yang milikNya, cahaya keridhaanNya, cahaya kenikmatanNya, cahaya rahmatNya yang menaungi hamba-hambaNya yang ingin dekat kehadiratNya, maka anugerah-anugerahNya telah siap ditumpahkan untuk mereka di dunia dan akhirat, pengampunan dilimpahkan, keluhuran dilimpahkan, kemuliaan dilimpahkan, kemudahan dilimpahkan, demikianlah keagungan Sang pemilik kerajaan langit dan bumi, Allah subhanahu wata’ala. Nama Yang Maha Beriwabawa, dan nama paling berhak diingat dari semua nama, Yang paling banyak pemberiannya dari yang lainnya. Sungguh beruntung hamba yang senantiasa mengingat dan merenungkan keagunganNya, senantiasa merindukan kelembutan dan kasih sayangnya, namun demikian tidak berarti meremehkan kemurkaanNya, karena Allah juga memiliki kemurkaan, Allah memiliki siksaan, Allah memilki musibah di dunia, musibah di alam kubur, dan musibah di akhirat, Akan tetapi Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Lembut telah menenangkan hamba-hambaNya dengan firmanNya dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari :
إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ
“ Sesungguhnya rahmatKu (kasih sayang) mengalahkan kemurkaanKu”
Terbukti dengan pengampunanNya atas dosa-dosa hamba yang ingin bertobat, terbukti pula dari balasan dari setiap perbuatan baik hamba yang dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali lipat bahkan lebih, sedangkan balasan dari perbuatan dosa hanya dicatat dengan 1 dosa. Tentunya kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala 10 hingga 700 kali lipat bahkan lebih dibandingkan kemurkaanNya. Maka beruntunglah mereka yang selalu berada di gerbang kemuliaan dan keridhaan Allah, yaitu senantiasa berada dalam perbuatan yang diridhai Allah subhanahu wata’ala, namun kerugian yang besar bagi mereka yang memilih pintu kemurkaan Allah subhanahu wata’ala, yaitu kerugian di dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
( النساء : 134 )
“Barang siapa yang meninginkan pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena Allah memilki pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. ( QS.An Nisaa : 134 )
Allah subhanahu wata’ala lebih kaya raya dari segala sesuatu yang didambakan oleh hamba-hambaNya, Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu membalas dan memberi sesuatu lebih dari yang diinginkan seorang hamba. Jika yang diinginkan seseorang hanyalah balasan di dunia, sungguh ia merugi karena Allah subhanahu wata’ala memiliki balasan di dunia dan di akhirat. Maka Allah murka kepada hamba yang hanya meminta balasan di dunia saja, karena yang ia dambakan hanyalah kenikmatan yang bersifat sementara, sedangkan Allah subhanahu wata’ala memiliki kenikmatan dunia yang fana, dana memiliki kenikmatan akhirat yang kekal karena semua kenikmatan adalah milik Allah subhanahu wata’ala dan diberikan kepada semua yang dikehendakiNya. Oleh sebab itu mintalah dan memohonlah kepada Allah agar memberikan kepada kita balasan di dunia dan akhirat.

Hadirin yang dimuliakan Allah
Saat ini kita masih berada dalam bulan-bulan haram (mulia) yaitu bulan Dzulhijjah, dimana beberapa hari lagi kita akan berpisah dengan bulan mulia ini. Pahala ibadah yang dilakukan di bulan-bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) lebih besar dibandingkan dengan pahala ibadah di bulan-bulan lainnya, kecuali bulan Ramadhan. Mengapa bulan Ramadhan tidak disebut sebagai bulan haram, karena bulan Ramadhan lebih agung dari bulan-bulan haram. Adapun bulan-bulan haram ini, pada mulanya Allah subhanahu wata’ala mengharamkan peperangan di bulan-bulan tersebut, namun jika diperangi oleh musuh pada bulan-bulan tersebut maka hal tersebut diperbolehkan untuk membela diri, meskipun berada pada bulan haram. Saat ini kita masih berada di penghujung bulan Dzulhijjah, dan pahala dari setiap perbuatan baik di bulan ini sangat besar dibanding bulan-bulan lainnya. Dan beberapa hari lagi bulan Dzulhijjah akan berakhir namun kita akan menghadapi bulan Muharram, yang termasuk juga bulan haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak ibadah di bulan-bulan haram, lebih daripada ibadah di bulan-bulan lainnya, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih lagi memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan. Disebutkan dalam riwayat ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat, sayyidina Mu’adz bin Jabal Ra terus menerus mengalirkan air mata tiada henti, maka para sahabat dan tabi’in bertanya kepada sayyidina Mu’adz bin Jabal : “Wahai Mu’adz apa yang membuatmu terus menerus menangis?”, sayyidina Mu’adz bin Jabal berkata :“Bagaimana air mataku bisa berhenti mengalir, sedangkan kelak di akhirat aku harus mempertanggung jawabkan dihadapan Allah atas setiap nikmat-nikmatNya kepadaku, hingga celak mata yang aku gunakan, bahkan setiap debu yang menyentuh tangan dan kakiku”.Demikianlah kepribadian sayyidina Mu’adz bin Jabal, seorang sahabat yang sangat dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada sayyidina Mu’adz bin Jabal Ra :

يَا مُعَاذُ إِنِّي أُحِبُّكَ في اللهِ فَقُل دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“ Wahai Mu’adz sungguh aku mencintaimu karena Allah, maka ucapkanlah setiap selesai shalat “ Allahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik ( Wahai Allah bantulah aku untuk berdzikir kepadaMu, dan bersyukur kepada Mu, dan menyempurnakan ibadah kepada Mu)”
Sanad mahabbah ini hingga malam ini masih teruntai kepada kita, yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sayyidina Mu’adz bin Jabal, yang kemudian beliau sampaikan kepada murid-muridnya, kepada para imam madzhab hingga sampai kepada guru-guru kita kemudian sampai kepada kita. Hadits ini disebut dengan sanad mahabbah (cinta) dari dan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Malam ini saya ijazahkan sanad mahabbah ini dari guru mulia kita Al musnid Al Habib Umar bin Salim Al Hafizh dari guru-guru beliau yang bersambung kepada sayyidina Mu’adz bin Jabal, dan bersambung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, saya ucapkan : “Saya mencintai kalian karena Allah, maka ucapkanlah setiap selesai melakukan shalat :
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Wahai Allah bantulah aku untuk berdzikir kepadaMu, dan bersyukur kepada Mu, dan menyempurnakan ibadah kepada Mu”.
Katakanlah : “ Qabilnaa Al Ijaazah ( Kami terima ijazahnya )”. Perlu lebih diperjelas akan ijasah ini bahwa doa tersebut bukanlah hal yang wajib dilakukan atau dibaca setiap selesai melakukan shalat fardhu, namun jika kita mengingatnya dan ada kesempatan maka selayaknya tidak kita tinggalkan, jika ada ‘udzur atau terlupa maka sebaiknya di qadha’ agar memperkuat ikatan cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita. Maksud dari ijazah disini adalah ijazah sanad, ijazah silsilah hadits, atau ijazah dzikir yaitu izin dari seorang guru kepada muridnya untuk mengamalkan sesuatu, dimana sang guru telah mendapatkan izin dari gurunya untuk mengamalkan hal tersebut. Sebagian dari amalan tidak perlu lagi dengan ijazah, namun dengan ijazah akan menjadi lebih kuat rantai yang menyambungkan cinta kita kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga sampailah rahasia kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita. Adapun rantai mahabbah ini tidak bisa terputus dalam kehidupan dunia hingga akhirat, maka kita akan selalu berada dalam rantai mahabbah ini, sebab rantai mahabbah yang terkuat ini tidak akan dapat diputus dengan apapun kecuali dengan kekufuran. Semoga kelak di hari kiamat kita tetap berada dalam ikatan rantai orang-orang yang mencintai dan dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, amin allahumma amin. Ketahuilah bahwa cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummatnya tidak akan pernah terputus kecuali dengan kekufuran.

Hadirin yang dimuliakan Allah 
Disebutkan dalam sebuah riwayat dan disampaikan oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh dalam kitab beliau yang berjudul “Qabas An Nuur Al Mubiin”, bahwa barangsiapa yang tidak peduli dari mana ia mendapatkan rizeki apakah itu halal atau haram, maka orang yang seperti ini Allah subhanahu wata’ala juga tidak peduli ia akan masuk ke dalam api neraka dari pintu yang mana, dan seluruh pintu neraka akan memanggil namanya. Dan tentunya kita selalu menjauhi hal-hal yang haram, namun terkadang kita masih banyak dan sering terjebak dalam hal-hal yang syubhat, yaitu sesuatu yang belum jelas akan halal atau haramnya. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengkonsumsi ayam, akan tetapi apakah kita yakin bahwa ayam tersebut disembelih dengan menyebut nama Allah, atau bisa jadi ayam tersebut adalah ayam tiren (mati kemarin) yang merupakan bangkai. Di zaman sekarang ayam tiren sudah banyak tersebar terlebih lagi di Ibukota. Di pasar Induk dalam setiap harinya ratusan ribu ayam yang di supply ke sana, dan dari ratusan ribu ayam tersebut tentunya tidak menutup kemungkinan ratusan diantaranya yang merupakan bangkai. Sebab ayam-ayam tersebut didatangkan dari berbagai tempat yang jauh dari Bogor, Cianjur, Bandung dan lainnya, dimana 1000 atau 500 ekor ayam dapat dimasukkan ke dalam satu truk yang tentunya ada diantara ayam-ayam tersebut yang mati karena terhimpit atau sebab lainnya. Maka jika ratusan ribu yang di supply ke pasar Induk tentunya berjumlah ratusan ekor ayam yang merupakan bangkai. Namun di pasar Induk ayam-ayam bangkai itu masih juga dijual meskipun dengan harga yang murah, karena banyak orang yang membelinya untuk makanan hewan-hewan yang dipeliharanya. Akan hal ini banyak disalahgunakan oleh kebanyakan para penjual, sehingga agar tidak terlihat bahwa ayam tersebut adalah bangkai maka diantara mereka menggunakan cara dengan melumuri ayam bangkai tersebut dengan kunyit supaya ayam itu tetap berwarna kuning. Lantas bagaimana solusinya?, saat ini kita sedang memakmurkan penjualan ayam potong yang jelas-jelas disembelih dengan nama Allah di saat membeli, hingga penjual mengulitinya dan kemudian memberikannya kepada pembeli. Penjualan ayam potong seperti itu sudah dapat kita temui di beberapa tempat di Jakarta. Namun bukan berarti haram hukumnya jika kita membeli ayam potong yang biasa dijual dipasar, namun karena kita tidak mengetahui apakah ayam tersebut disembelih dengan cara yang sesuai dengan syariat Islam atau tidak, dan jika ternyata ayam tersebut adalah bangkai maka orang yang mengkonsumsinya telah terkena barang yang syubhat. Bagaimana mengetahui bahwa hal tersebut syubhat?, hal itu dapat kita ketahui misalnya ketika tiba-tiba kita merasa berat atau enggan dan malas melakukan ibadah yang sudah terbiasa kita lakukan, maka salah satu dari penyebabnya adalah mungkin dari makanan syubhat yang telah masuk ke dalam tubuh kita.


Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Hadits yang kita baca menjelaskan bahwa sayyidina Abu Sa’id Al Khudri Ra berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil seseorang dari kaum Anshar, kemudian orang tersebut datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan terburu-buru dan terlihat air menetes dari rambut dan wajahnya, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Sepertinya aku telah membuatmu terburu-buru”, lalu ia menjawab : “Betul wahai Rasulullah”, ternyata orang tersebut ketika dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ia dalam keadaan junub dan segera mandi dengan cepat kemudian menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Jika engkau tergesa-gesa maka cukuplah dengan berwudhu”. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam hadits ini bukan berarti tidak perlu mandi junub, akan tetapi jika seseorang dalam keadaan tergesa-gesa karena suatu hal dan belum sempat mandi, maka cukuplah dengan berwudhu dulu. Sebagaimana yang juga dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika suatu malam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan maka beliau tidak langsung mandi namun dengan berwudhu saja, bahkan ketika di musim yang sangat dingin beliau hanya melakukan tayammum, kemudia kembali tidur dan melakukan mandi di waktunya mandi. Adapun orang tersebut tergesa-gesa karena dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ia tidak ingin menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan junub. Sebagaimana juga yang diperbuat oleh sayyidina Abu Hurairah Ra, dimana suatu ketika ia bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di salah satu gang di pasar, namun Abu Hurairah pergi dan menjauh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keemudian setelah beberapa saat Abu Hurairah datang ke rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Wahai Abu Hurairah, mengapa engkau menghindar dan menjauh ketika melihatku di pasar?”, maka Abu Hurairah menjawab : “karena ketika itu aku dalam keadaan junub wahai Rasulullah, dan aku tidak ingin berhadapan denganmu dalam keadaan junub” , demikianlah perbuatan para sahabat yang sangat mencintai dan memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Begitu juga perbuatan pria Anshar tersebut yang tidak ingin berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan junub, sehingga ia terlebih dahulu mandi kemudian keluar menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan rambut dan wajahnya yang masih sangat basah sehingga air menetes darinya. Dan hal tersebut adalah perintah dari Allah subhanahu wata’ala yaitu untuk segera menjawab panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika dipanggil, sebagaimana firmanNya subhanahu wata’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
الأنفال : 24 )
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasulullah apabila ia menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan (keluhuran) kepada kalian”. ( QS. Al Anfal : 24 )
Maka panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga merupakan panggilan dari Allah subhanahu wata’ala, karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah subhanahu wata’ala, dan Allah subhanahu wata’ala telah berfirman :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى ، إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
لنجم : 3-4 )
“Dan tiadalah yang diucapkannya ( Nabi Muhammad) itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. ( QS.An Najm : 3-4 )
Oleh sebab itu menjawab atau mendatangi panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hukumnya adalah wajib. Sehingga ketika seorang sahabat sedang melakukan shalat, dan ketika itu dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia segera mendatangi panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan dijelaskan oleh Al Imam As Syafi’i dan sebagian imam madzhab lainnya bahwa ketika seseorang sedang melakukan shalat dan di saat itu dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian ia menjawab panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau melaksanakan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia kembali melakukan shalatnya, maka hal tersebut tidak membatalkan shalatnya, karena perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah perintah dari Allah subhanahu wata’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling lemah lembut, ramah dan bijaksana dari semua manusia, dan memang diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala untuk berlemah lembut. Dan kelembutan Allah subhanahu wata’ala disampaikan melalui sosok sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang berbicara dan menyampaikan hal itu kepada hamba-hambaNya. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dan riwayat lainnya dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang anak kecil yang sedang berjalan sendiri, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil anak kecil itu dan berkata : “Apakah anak kecil ini mempunyai ibu?”,kemudian seorang wanita keluar dari kemahnya tergopoh-gopoh ( yang ternyata bocah kecil itu adalah anaknya yang telah hilang) sambil menangis dan berkata : “dia adalah anakku”, kemudian wanita itu memeluk anaknya dengan penuh rasa gembira, sehingga para sahabat yang melihat hal tersebut mereka pun menangis haru melihat kecintaan seorang ibu kepada anaknya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Apa yang membuat kalian takjub dan menangis?”, sahabat berkata : “Kecintaan wanita itu kepada anaknya membuat kami terharu sehingga kami menangis”, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sugguh Allah subhanahu wata’ala lebih menyayangi dan mencintai hamba-hambanya daripada kecintaan dan kasih sayang wanita itu kepada anaknya”. Juga diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bercerita kepada para sahabat, jika ada seseorang yang mengumpulkan seluruh hartanya dalam satu tunggangan, onta, keledai atau hewan tunggangan lainnya, kemudian ia pergi dengan membawa hewan tunggangan tersebut, dan di suatu tempat ia berhenti untuk beristirahat atau tidur sejenak, lalu ketika ia bangun dari tidurnya ia tidak mendapati hewan tunggangannya yang di atasnya terdapat semua harta bendanya, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat : “Bagaimanakah kesedihan yang dirasakan oleh orang tersebut?”, sahabat menjawab : “Pastilah ia merasa sangat sedih wahai Rasulullah”. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan ceritanya ; kemudian lelaki tersebut mencari hewan tunggannnya itu ke mana-mana sampai ia kelelahan namun tidak juga ia menemukannya, hingga ia duduk dan tertidur karena kelelahan, dan ketika ia terbangun dari tidurnya ia mendapati hewan tunggannnya itu berada dihadapannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bertanya kepada para sahabat :“Bagaimana kegembiraan lelaki tersebut?”, sahabat menjawab : “Pastilah ia merasa sangat senang dan gembira wahai Rasulullah”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabada : “ Sungguh Allah lebih gembira dari kegembiraan orang tersebut ketika mendapati hambaNya yang berdosa kemudian bertobat dan kembali kepada Allah”. Demikianlah rahasia kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hambaNya. Sungguh Allah subhanahu wata’ala sangat menyambut hamba-hambaNy yang ingin meninggalkan kehinaan menuju tangga-tangga keluhuran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, dan terdapat lebih dari 20 riwayat, diantara riwayat tersebut terdapat dalam Shahih Al Bukhari, yaitu jika seseorang sedang sakit sehingga ia tidak dapat melakukan perbuatan ibadah yang biasa ia lakukan ketika dalam keadaan sehat, maka Allah subhanahu wata’ala memerintah kepada malaikat untuk mencatat baginya pahala perbuatan baik (ibadah) sebagaimana yang dilakukannya ketika ia dalam keadaan sehat. Seperti jika seorang yang sedang sakit tidak mampu melakukan shalat dengan berdiri, atau tidak dapat melakukan ibadah-ibadah lain seperti shalat tahajjud, atau puasa sunnah dan lainnya dari ibadah-ibadah yang biasa dilakukan ketika ia dalam keadaan sehat, maka Allah subhanahu wata’ala memerintah malaikat untuk mencatat baginya pahala perbuatan-perbuatan yang ditinggalkannya sebab ia sakit, seperti pahala perbuatan yang ia kerjakan dalam keadaan sehat. Demikian rahasia kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala terhadap hamba-hambaNya. Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah melimpahkan rahmat dan keluasan zhahir dan bathin, melimpahkan kepada kita kemudahan di dunia dan akhirat, untuk wilayah kita, bangsa kita, dan seluruh ummat Islam di barat dan timur, amin allahumma amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar