Kamis, 14 Maret 2013

Kebangkitan Sunnah



Dimasa mulai redupnya cahaya syariah maka para pembela sunnah segera memperbaharuinya, sebagaimana ketika wafatnya Rasulullah saw dan Mahkota Dakwah pada Khalifah Abubakar Asshiddiq ra, mulailah terjadi hal-hal yang mesti dimunculkan yang sebelumnya belum pernah dilakukan, Khalifah Abubakar Asshiddiq ra memerangi muslimin yang tak mau mengeluarkan zakat, sebagaimana sabda Nabi saw bahwa aku diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersaksi tiada tuhan selain Allah, melakukan shalat, mengeluarkan zakat, bila mereka melakukan itu maka amanlah darah mereka dariku dan harta mereka, dan perhitungan mereka atas Allah swt (shahih Bukhari dan Muslim). Rasul saw belum pernah memerangi orang muslimin dimasa hidupnya, namun dengan hadits ini Khalifah Abubakar Shiddiq ra beristinbat dan memerangi kaum muslimin yang tak mau berzakat, maka Khilafah islamiyah selamat dari kehancuran,
Kemudian terjadilah pembantaian pada Ahlul Yamamah, yaitu para sahabat yang hafal alqur'an, maka berkata Umar bin Khattab ra agar Alqur'an ditulis dan dikumpulkan dalam satu jilid, maka Abubakar ra berkata : Bagaimana aku berbuat hal yang tak pernah diperbuat oleh Rasulullah saw?,(tak pernah ada hadits atau ayat yang memerintahkan untuk membukukan Alqur'an dalam satu kitab sebagaimana sekarang, Alqur'an masih bertebaran di hafalan sahabat, tertulis di tembok-tembok dan di kulit onta), namun Umar ra terus membujuknya demi maslahat muslimin, akhirnya Khalifah Abubakar ra setuju dan ia memerintahkan Zeyd bin tsabit ra untuk mulai menulis dan menjilid Alqur'an (Shahih Bukhari hadits no.4402 dan 6768). Penulisan Alqur'an dan penjilidannya diresmikan dimasa Khilafah Usman bin Affan ra, hingga kini Mushaf Al Qur'an disebut Mush haf Utsmaniy.
Di zaman Umar bin Khattab ra ia mengeluarkan fatwa shalat tarawih berjamaah, dan ini tak pernah diperintahkan di zaman Rasul saw, walaupun pernah diberlakukan namun kemudian dibubarkan dan tak pernah diperintahkan Rasul saw untuk dilakukan kembali, dan tak pernah dilakukan lagi hingga beliau saw wafat, baru dimasa Umar ra shalat tarawih dilakukan berjamaah, seraya berkata : "inilah sebaik baik bid'ah" (shahih Bukhari hadits no.1906). Khalifah Usman bin Affan ra merubah Adzan pada shalat jumat menjadi dua adzan, maslahat bagi muslimin karena muslimin mulai berdatangan dari tempat yang jauh, dan hal itu tak pernah dilakukan dimasa Rasul saw, dan dimasa khalifah-khalifah sebelumnya.
Kemudian selesai masa Muhajirin dan Anshar, wafatlah para sahabat radhiyallahu'anhum, wafatlah kesemua wajah mulia yang menyaksikan hadits dan turunnya ayat, maka mulailah para Tabi'-Tabi'in risau hadits-hadits Rasul saw akan dilupakan, atau dipalsukan, maka mereka mulai menulis hadits-hadits itu, serta mulai mentashihkan hadits dengan Ilmu Musthalahul Hadits, yang sebelumnya tak pernah diperintahkan oleh rasul saw untuk memilah-milah hadits beliau saw, namun hal ini diada-adakan oleh para Ulama demi terjaganya syariah Islamiyah dan Sunnah Nabawiyyah. Kemudian mulailah timbul Ikhtilaf dalam pemahaman hadits dan ayat, maka demi menyelamatkan ummat terbentuklah Madzhab, agar muslimin bisa berpedoman pada satu Imam dalam pengamalan Ibadahnya.
Kemudian mulai redup pula lah semangat ummat untuk perduli pada sunnah, semakin banyak orang yang meninggalkan shalat, semakin banyak orang yang hanya berfikir dunia dan dunia, maka barat dan timur dipenuhi Fasad dan kedhaliman, maka para pejuang sunnah mulai mencari cara untuk Kebangkitan sunnah dan Medan Dakwah Akbar yang dapat memadukan muslimin dalam satu perkumpulan, demi silaturahmi, demi mereka mendengarkan Tabligh dan demi bangkitnya semangat baru, namun kebangkitan semangat ini butuh lambang pembangkitnya, bukan Ramadhan, bukan idulfitri, bukan idul adha, karena hari-hari itu sudah umum, maka mereka mengambil kesimpulan bahwa simbol kebangkitan Ummat adalah hari kelahiran Rasul saw, hari mulia yang mengawali kebangkitan Risalah, karena Rabi'ul awwal bukan hanya bulan kelahiran nabi saw, namun juga bulan Hijrahnya Rasul saw ke Madinah, sebagaimana dijelaskan dalam semua buku sejarah bahwa Hijrah Rasul saw bukanlah pada bulam Muharram, namun Umar bin Khattab ra memulai penanggalan Hijriah pada 1 Muharram karena di bulan itulah sahabat mulai berhijrah ke Madinah, namun Hijrah Rasul saw adalah pada Rabiul awal, maka dibulan itu pula wafatnya Rasul saw.
Kejadian-kejadian agung yang merupakan kebangkitan risalah kesemuanya berpadu pada hari kelahiran Rasul saw, yaitu kelahiran beliau adalah lambang seluruh kebangkitan islam, lalu hari hijrah beliau saw yang merupakan lambang semangat tersuci dalam islam, yaitu berpadunya semangat Muhajirin yang meninggalkan kampung halamannya yang tercinta ke negeri asing, dan semangat Anshar yang menerima tamu-tamu asing untuk dibagi dua harta mereka, dan rumah mereka. Dua semangat agung dari penegak Risalah ini berpadu pada hijrah Rasul saw yaitu yang juga pada senin 12 Rabiul awwal. Kemudian hari wafatnya Rasul saw yang juga pada senin 12 Rabiul awwal, saya menamakan hari wafatnya Rasul saw adalah hari kebangkitan semangat terdahsyat setelah wafatnya Rasul saw yg mana para sahabat berpecah belah dan putus asa, Namun di hari 12 Rabiul awal saat jenazah rasul saw masih terbujur, maka bangkitlah Da'I Agung, Sayyidina Abubakar Asshiddiq ra yang berpidato membangkitkan semangat muhajirin dan anshar agar tak putus asa, maka bangkitlah semangat mereka.
Tiga kejadian besar berpadu pada 12 Rabiul awwal, yaitu Kelahiran sang Nabi saw yang mengawali kebangkitan Risalah, peristiwa Hijrah yang mengawali penyebaran risalah dan kekuasaan Islam, dan peristiwa wafatnya Rasul saw yang melambangkan kebangkitan semangat para sahabat untuk terus berjuang dan setia pada perjuangan Nabi mereka. Maka para pembesar ulama mengambil munasabah 12 Rabiul awal dengan perayaan, Medan Tabligh, Medan pembangkit semangat muslimin, untuk kembali pada Panji Rasulullah saw, nama beliau saw di elu-elukan, dipuji, dimuliakan, sejarahnya dibacakan, kesemuanya demi menyemangati muslimin agar kembali beridolakan Sang Nabi saw sebagaimana para sahabat radhiyallahu'anhum. Maka hal ini berhasil, Medan Dakwah dan Tabligh terbesar didunia sepanjang tahun adalah pada Rabiul awal, tak ada medan dakwah terbesar didunia melebihi perayaan hari kelahiran Rasul saw, dimana hampir setiap masjid, majelis taklim, musholla, bahkan perkantoran, sekolah, bahkan rumah-rumah masyarakat, dipenuhi dengan kesibukan merayakan Maulid Nabi saw, merupakan adat istiadat agung yang diajarkan para salfussholeh demi bangkitnya cinta ummat ini pada Nabi mereka,

Minggu, 06 Januari 2013

Kelembutan Allah Dalam Musibah



Gempa Bumi, Gunung Meletus, Banjir, Wabah Penyakit, Hama, Angin Taufan, Matahari, Bulan, kesemuanya merupakan tentara Rabbul ?Alamiin yang bergerak dan bertugas dengan Kehendak Nya dan Perintah Nya. Maka Dia Yang Maha Agung dalam Kekuasaan Nya yang Tunggal dan Abadi telah berfirman kepada Pemimpin para Duta Nya, Sayyidina Muhammad saw : ?Sungguh Kuutus Engkau Sebagai Pembawa Rahmat Bagi Seluruh Alam?. (QS Al Anbiya ? 107).
Maka sebagaimana disebutkan pada Tafsir Imam Attabari Juz 17 hal. 106, bahwa Rasul saw adalah Rahmat Allah (Kasih Sayang Allah) untuk seluruh manusia, muslim dan kafir, Rahmat Nya pada orang kafir adalah dengan tertundanya siksa mereka di muka bumi, tidak seperti ummat-ummat terdahulu yang mana saat mereka kafir pada Nabi Nya maka Allah segera menumpahkan musibah pada mereka, namun untuk ummat ini walaupun mereka Kufur dan kufur, Allah tetap tidak segera menjatuhkan siksa.
Maka fahamlah kita bahwa Bumi ini sejak Kebangkitan Rasul saw hingga akhir zaman, dalam naungan Rahmat Nya swt, yaitu Muhammad saw. Alangkah luhurnya nabi yang satu ini, hingga muslim dan kafir di masa beliau hingga akhir zaman tetap terjaga dari siksa kekufuran (Tafsir Imam Qurtubi Juz 4 hal 63). Bila kita menjenguk sedikit pada ayat yang lain Allah swt berfirman : ?Hampir Saja Seluruh Langit Itu Pecah, Bumi Terbelah dan Gunung-Gunung Itu Hancur, Ketika Mereka Mengatakan Allah Mempunyai Putra?. (QS Maryam 90-91), Allah menahan alam ini hancur padahal seluruh alam ini murka terhadap manusia yang menghina Rabbul ?Alamin, sebagaimana kita murka bila orang yang kita cintai dihina, atau ayah atau guru yang kita muliakan dihina, demikian pula alam, namun Allah menahannya karena masa ini adalah Masa Muhammad saw, Nah.. Rahmatan Lil?alamin ini adalah Penangkal Musibah bagi alam, dan ternyata bukan hanya itu, namun para ummat beliau saw pun mewarisi Rahmat itu, yaitu mereka yang beriman kepada beliau saw, Allah jadikan mereka itu penangkal musibah bagi kaumnya, sebagaimana firman Allah swt : ?Dan Ketika Mereka (orang-orang kafir) Berkata: Wahai Allah, Bila Ini (Muhammad saw) Merupakan Kebenaran Dari Sisi Mu, Maka Turunkan Pada Kami Hujan Batu Atau Datangkan Pada Kami Siksaan Yang Pedih, dan Tiadalah Allah Akan Menyiksa Mereka Selama Engkau (Wahai Muhammad saw) Berada Diantara Mereka, dan Tiadalah Allah Akan Menyiksa Mereka Selama Ada Diantara Mereka (ada diantara muslimin diantara mereka) Yang Beristigfar? (QS Al Anfal 33).
Nah..jelaslah bahwa orang-orang yang beristighfar menahan siksa/ azab pula bagi kaumnya yang kufur, bahkan ayat lainnya : ?Kalau Bukan Karena Lelaki-Lelaki Mukmin dan Wanita-Wanita Mukminat, Yang Kalian Tidak Mengetahui dan Hampir Kalian Membunuhnya, Maka Kalian Akan Mendapat Kesulitan Bila Mencelakai Mereka, dan Agar Allah Mengumpulkan Siapa Yang Dikehendaki Nya Dalam Kasih Sayang Nya, Dan Bila Mereka Itu Pergi, Maka Niscaya Kami Tumpahkan Siksaan Pada Orang Yang Kafir Diantara Mereka Dengan Siksaan Yang Pedih? (QS Al Fath 25) dan kini Allah menjelaskan bahwa orang-orang mukmin membuat kesejahteraan pada kaumnya, walaupun mereka kufur dan jahat, namun keberadaan orang-orang mukmin diantara mereka membuat Allah menahan siksa Nya.
Bahkan Rasul saw bersabda : ?Tidaklah akan datang hari kiamat selama masih ada yang mengucapkan Allah.., Allah..?. (Shahih Muslim hadits no.148) dan sabda Rasul saw : ?Tidak terjadi Kiamat diatas seseorang yang berkata Allah, Allah?. (Shahih Muslim no.149). Tentunya seorang muslim dari Ummat Muhammad saw, maka fahamlah kita bahwa Dzikir orang-orang muslim menahan datangnya Kiamat, dan kiamat adalah Musibah terbesar sepanjang usia Alam diciptakan, dan apalah artinya musibah banjir, gunung meletus dan lainnya yang tak sedebu dari kejadian Kiamat..?, Ketahuilah makin banyaknya musibah dimuka bumi ini adalah disebabkan semakin berkurangnya orang-orang yang berdzikir, semakin kurangnya orang yang beristighfar, semakin kurangnya orang yang berdoa, bermunajat, dan bertahajjud di malam hari. Lalu kelaparan, gunung meletus, gempa, banjir, dan segala bencana alam ini semakin santer dimuka bumi, maka jawabannya segera kita temukan, karena semakin berkurangnya orang-orang yang berdzikir dan beristighfar kepada Allah swt.
Maka muncullah segala musibah ini, mengapa?, dari Rahmat Nya swt tentunya, sebagaimana hadits-hadits dibawah ini, Sabda Rasululllah saw : ?Tiadalah musibah menimpa seorang muslim, terkecuali penghapusan dosa baginya, walaupun hanya duri yang menusuknya?. (Shahih Muslim hadits no.2752, Shahih Bukhari hadits no.5317), Sabda Rasulullah saw : ?Tiadalah seoang mukmin mendapat musibah berupa kesulitan, permasalahan, kesedihan, penyakit, bahkan kegundahan hati yang menyelimuti hatinya, kecuali merupakan penghapusan dosa baginya? (Shahih Musli hadits no. 2573, Shahih Bukhari hadits no.5318). Ketika turunnya ayat : ?Semua Yang Berbuat Dosa Pasti Akan Dibalas?, maka para sahabat tampak kebingungan dan sangat ketakutan, maka Rasul saw memanggil mereka dan berkata : ?Kemarilah kalian.., mendekatlah dan duduk berkumpullah padaku.., ketahuilah bahwa semua yang menimpa muslimin adalah penghapusan dosa, bahkan kesusahan dan pula duri yang melukainya? (Shahih Muslim hadits no.2754).
Wahai saudaraku, semakin banyak dosa kita maka telapak tangan penghapus dosa segera menyeka dosa-dosa kita, bila tak kita bersihkan maka akan datang ?Tangan Penyeka? yang mengajak kita kembali kepada Nya dalam keadaan suci, ?Tangan Penyeka? itu menyeka dosa disertai antibiotik pembersih penyakit di tubuh, bila dosanya kecil maka hanya perlu sedikit diusap maka akan bersih, namun bila kotoran itu sudah berkerak dan menular sekampung pula, bahkan sewilayah, bahkan sedunia, maka alat penyeka itu akan bertebaran dibelahan barat dan timur..,
Wahai Saudaraku bangkitlah, Majelis Rasulullah saw ditegakkan dengan tujuan agung, yaitu memperbanyak orang-orang bertobat dan mengenal Allah, menghidupkan dzikir, mengguncang jakarta dengan dzikir Allah, Allah.., dan menumbuhkan semangat dihati muslimin agar mewarisi semangat Muhammad saw, yang dengan jiwa seperti inilah musibah akan sirna, Anda lihat di Aceh?, bagaimana Pekuburan para shalihin tidak disentuh musibah?, bagaimana Air setinggi 30 meter dengan kecepatan rata-rata 300km/jam dengan kekuatan ratusan juta ton itu terbelah di masjid-masjid dan pekuburan orang shalih?, ada di masjid itu?, ada apa di kubur itu?, Singkat saja, ini adalah isyarat Nya kepada seluruh penduduk Bumi bahwa tempat-tempat sujud kepada Ku, dan tempat berdzikir bekas peninggalan hamba-hamba Ku yang shalih tak akan disentuh musibah, demikian pula pusara-pusara mereka yang telah wafat dari Hamba Ku yang shalih pun tak akan disentuh musibah?!?
Dan begitulah.. air bah yang sedemikian dahsyatnya itu tunduk dan menyingkir dari tempat-tempat beribadah mereka, siapa?, para ahli dzikir tentunya, hamba-hamba yang sujud dengan khusyu pada Nya, merekalah penangkal musibah, maka kita mesti memperbanyak kelompok masyarakat yang seperti ini.. Kita sering terlalu jauh, tak mungkin kita bisa menjadi penangkal musibah, kita adalah pendosa.., opini semacam ini sering meracuni pemikiran kita.. Ok kita buktikan, bukankah tempat yang paling banyak maksiatnya di seluruh Indonesia adalah jakarta?, berarti jakarta lah yang paling berhak ditimpa ?Tangan Penyeka?, namun mengapa musibah selalu menimpa wilayah luar jakarta?, betul di jakarta ada kebanjiran, ada wabah, namun sangat tak seberapa dibanding musibah diluar jakarta, mengapa?, Ketahuilah bahwa jakarta inipun kota yang paling banyak majelis taklimnya di seluruh Indonesia, paling banyak majelis Dzikir, majelis maulid dll.
Maka semakin kita meramaikan masjid-masjid dan majelis-majelis, maka kasih sayang Nya terlimpah, sebagaimana Firman Nya dalam hadits Qudsiy : ?Sudah Kupastikan Kasih Sayangku Pada Mereka Yang Saling Mengasihani Karena Aku, Saling Berkumpul Karena Aku, Dan Saling Berkorban Karena Aku? (Imam Hakim dalam Mustadrak ala Shahihain hadits no.7314 yang menyebutkan bahwa hadits ini memenuhi syarat shahihain sebagai hadits shahih), demikian pula dengan makna yang sama pada Shahih Ibn Hibban hadits no.575. Maka sudah selayaknya kita segera bangkit meramaikan masjid-masjid kita, rumah-rumah kita, wilayah kita, dengan dzikrullah dan majelis-majelis dzikir dan Ibadah, inilah yang mesti kita makmurkan, jangan kita terfokus kepada kemajuan dan kemajuan, yang pada dasarnya kemajuan tanpa iman adalah kepastian datangnya musibah, Gempa Bumi, Gunung meletus, taufan dan masih banyak lagi tentara Rabbul ?Alamin yang akan diutus Nya sebagai alat penyeka..
Wahai Yang Maha Luhur dan selalu memuliakan hamba Nya yang berzikir kepada Nya, muliakanlah setiap pembaca risalah ini dengan pengampunan Mu, penyelesaian dari segala kesulitan dan musibah, pengabulan segala doa dan munajat, dan pula Curahkan kemuliaan Mu dengan kenikmatan dan kebahagiaan Dunia dan Akhirat bagi saudara saudara kami muslimin yang tertimpa musibah di Jogja dan seluruh belahan bumi muslimin, gantikan harta mereka dengan yang lebih indah di dunia dan akhirat, muliakan yang wafat dari mereka dengan mati syahid, dan kumpulkan arwah mereka bersama para syuhada di alam barzakh, amiin amiin..
Dan mudahkanlah perjuangan Majelis Rasulullah saw dan seluruh majelis taklim dan dzikir di muka bumi, selesaikan kesulitan dan hambatan kami, maafkan seluruh dosa pendukung kami, dan curahkan shalawat sebanyak banyaknya dan semulia-mulianya kepada Imam kami dan Idola kami Sayyidina Muhammad saw serta keluarga dan sahabatnya, muliakan pula semua orang orang yang memuliakannya, walhamdulillahi ala dzalik..

Kamis, 06 Desember 2012

Tarbiyah Dalam Keluarga



قَالَ ماَ لِكُ بْنُ الْحُوَيْرِ قَالَ لَنَ رسول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ.
(صحيح البخاري)
Berkata Malik bin Alhuwairits, bersabda pada kami Rasulullah SAW :”Kembalilah pada keluarga kalian, dan ajarilah mereka (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Menerangi jiwa hamba-hambaNya sehingga bersih dari penyakit-penyakit hati. Betapa banyak manusia yang memperhatikan penyakit-penyakit yang zhahir dan senantiasa berusaha mengobatinya sehingga sembuh dari penyakit tersebut, dan tanpa disadari jiwa atau hatinya barangkali penuh dengan penyakit yang sangat berbahaya, dimana penyakit tersebut dapat mengikis amal-amal baik yang ia kerjakan dalam kehidupannya, dan jika hal ini terjadi maka seseorang telah dan akan berada dalam kerugian yang kekal. Maka senantiasa kita memohon kepada Allah Yang Maha menyembuhkan segala penyakit yang zhahir dan yang bathin agar menyembuhkan penyakit-penyakit itu dari diri kita. Sungguh Allah Maha Melihat kita semua yang hadir di malam hari ini sebagai tamu-tamuNya, kita ketahui bahwa selayaknyalah tamu-tamu itu dimuliakan, dan Dialah (Allah) subhanahu wata’ala Maha Mampu memuliakan para tamuNya. Ya Allah pandanglah kami semua yang hadir di malam hari ini, dan lihatlah penyakit-penyakit kami yang zhahir dan yang bathin (hati), lalu sembuhkan dan sucikanlah dengan sesuci-sucinya sebab kesucian hanyalah datang dariMu dengan kehendakMu. Maka beruntunglah lisan yang senantiasa mensucikan nama Allah, beruntunglah sanubari yang senantiasa mensucikan Allah. Allah subhanahu wata’ala Maha Suci dan tidak butuh disucikan oleh makhluk-makhlukNya, namun ketika hamba mensucikan dan mengagungkan nama Allah, maka Allah subhanahu wata’ala akan mengembalikan kepadanya berupa kesucian jiwa dan kesucian dalam kehidupannya di dunia, di barzakh dan di akhirat. Semakin seorang hamba mengagungkanNya maka Allah subhanahu wata’ala juga semakin melimpahkan kemuliaan dan keluhuruan kepadanya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits qudsi, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada malaikat Jibril As akan kemuliaan orang-orang yang bersujud kepada Allah subhanahu wata’ala, maka malaikat Jibril berkata bahwa ketika seorang hamba dalam sujudnya mengucapkan “Subhaana Rabbii Al a’laa wabihamdihi”, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab:
صَدَقَ عَبْدِي أَنَا فَوْق كُلّ شَيْء وَلَيْسَ فَوْقِي شَيْء اِشْهَدُوا يَا مَلَائِكَتِي أَنِّي قَدْ غَفَرْت لَهُ
“ Benar (perkataan) hambaKu, Aku Maha Luhur dari segala sesuatu, dan tiada sesuatu pun yang menandingi keluhuranKu, saksikanlah wahai para malaikatKu sesungguhnya Aku telah mengampuninya”
Maka disunnahkan untuk mengulang ucapan “Subhaana Rabbii Al a’laa wabihamdihi”, sebanyak tiga kali, karena dengan satu kalimat agung tersebut Allah subhanahu wata’ala menjawab dengan kalimat yang lebih agung, yaitu pengampunan yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala dan hal itu disaksikan oleh malaikatNya. Demikian agungnya rahasia satu kalimat ringkas yang keluar dari lidah yang digerakkan oleh sanubari untuk mengagungkan dan mensucikan nama Allah subhanahu wata’ala. Dan lebih mulia lagi jika dalam sujud tersebut disertai juga hati yang juga bersujud, dimana makna sujud adalah “ tadzallul wa al inhinaa” merendahkan diri dihadapan Allah subhanahu wata’ala. Sungguh luas pengampunan Allah subhanahu wata’la dan rahmatNya sampai kepada segala sesuatu, dan kita semua termasuk di dalamnya yang mendapatkan kasih sayang dan kelembutan Allah subhanahu wata’ala. Syaikh Ibrahim Al khawwash dalam kitab Ihyaa ‘Ulumuddin, sambil memegang dadanya ia sering berkata :
وَاشَوْقَاهُ لِمَنْ يَرَانِيْ وَلاَ أَرَاهُ
“ Betapa rindunya aku kepada Yang melihatku sedangkan aku tidak melihatNya”
Seindah-indah kehidupan adalah kehidupan hamba yang merindukan tuhan penciptanya Allah subhanahu wata’ala, mengagungkanNya, memuliakanNya, dan mensucikanNya serta mengikuti tuntunan sang pembawa tuntunan kesucian, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Hadits yang kita teriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, dimana dua orang remaja mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah Al Munawwarah dan belajar kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga setelah 20 hari mereka belajar tentang Islam dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ketika itu mereka mulai teringat kepada keluarga dan merindukan mereka, serta ingin segera pulang dan kembali kepada mereka. Dan mereka mendapati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat ramah dan berkasih sayang kepada mereka dan menanyakan keadaan keluarga mereka, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “ Kembalilah kepada keluarga kalian dan ajarilah mereka”. Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meneruskan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam : “Dan perintahkan mereka untuk melakukan shalat, dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku melakukan shalat” . Telah kita dengar sedikit tentang rahasia shalat, yaitu satu kalimat agung yang diucapkan di saat sujud memiliki kemuliaan yang sangat besar, terlebih lagi jika kalimat tersebut diucapkan berulang-ulang. Rahasia keluhuran Allah subhanahu wata’ala sampai kepada ummat ini, dari generasi ke generasi dan masa ke masa dan kita termuliakan sebagai ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana mereka telah mendapatkan satu instruksi agung dari Allah subhanahu wata’ala untuk medapatkan keagungan yang diwariskan dari makhluk yang paling agung, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah bersabda :
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
“ Sampaikan (ilmu) dariku walaupun hanya satu ayat”
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany menjelaskan bahwa yang dimaksud bukan hanya satu ayat Al qur’an, namun termasuk juga walaupun satu kalimat dari ilmu-ilmu syariat Islam yang diajarakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kalimat tersebut terbilang sangat singkta, namun demikian hal itu menjadikan kita semua orang yang diberi amanah oleh sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mengemban kemuliaan tuntunan dan tanggung jawab sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta mewakili Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyampaikan tuntunan-tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di masa kehidupan kita, yang kita warisi dari guru-guru kita hingga sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini menunjukkan bahwa tugas agung itu diemban oleh semua ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, untuk disampaikan kepada semua manusia baik yang beriman atau yang belum beriman. Maka beruntunglah orang-orang yang mengajari orang lain, baik yang menjadi tanggung jawabnya seperti istri, anak-anak dan keluarganya, atau orang lain yang merupakan teman atau tetangga dan lainnya. Hadits yang kita baca diatas disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada 2 remaja yang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun hadits tersebut juga ditujukan kepada semua ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga sampai kepada kita di malam hari ini, maka bawalah amanah sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini untuk kita sampaikan dan ajarkan kepada keluarga dan orang-orang sekitar kita, tuntunan yang multi sempurna yang ada sejak manusia pertama yang hidup di bumi hingga yang terakhir hidup di muka bumi ini, yaitu tuntunan yang dibawa oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, makhluk yang paling indah dan paling dicintai Allah subhanahu wata’ala serta paling dimuliakan di alam semesta ini. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari :
لَقَدْ كُنَّا نَسْمَعُ تَسْبِيحَ الطَّعَامِ وَهُوَ يُؤْكَلُ
“ Sungguh kami mendengar makanan bertasbih ketika dimakan (oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”
Allah subhanahu wata’ala memperdengarkan para sahabat suara tasbih makanan, yang menunjukkan bahwa makanan itu memuliakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan juga dalam Shahih Al Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat sebagian sahabat belum merapikan shaf (barisan) shalat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
هَلْ تَرَوْنَ قِبْلَتِيْ هَاهُنَا؟ فَوَ اللهِ لَا يَخْفَى عَلَيََّ رُكُوْعَكُمْ وَلَا سُجُوْدَكُمْ إِنِّي لَأَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِيْ.
“ Apakah kalian melihat kemana arah kiblatku?, demi Allah tidak tersembunyi dariku ruku’ dan sujud kalian, sungguh aku melihat kalian dari belakang punggungku”
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan makna hadits ini, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh mata, sehingga pandangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya mampu melihat hal-hal yang berada di hadapannya saja, akan tetapi hal-hal yang berada dibelakang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan kekhusyua’an dalam hati para sahabat pun terlihat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita jika dalam shalat fikiran atau pandang kita melirik ke kiri atau ke kanan maka jauhlah kita dari khusyu’ dalam shalat, akan tetapi berbeda dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dimana beliau mengetahui keadaan orang yang shalat di belakang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, namun beliau tetap berada pada puncak kekhusyu’an, sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah makhluk yang paling khusyu’ diantara semua makhluk. Demikianlah dalamnya rahasia keluhuran tarbiyah sang nabi yang diberikan oleh Allah kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau dapat melihat kekhusyu’an para sahabat dalam shalat mereka, dan menuntun mereka untuk berada dalam khusyu’ ketika melakukan shalat.
Demikian rahasia kemuliaan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan hal ini terwariskan dari zaman ke zaman, sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اِتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ
“Takutlah (hati- hatilah) terhadap firasat orang yang beriman, sesungguhnya dia melihat dengan cahaya Allah”.
Disebutkan di dalam kitab sirah dimana ketika sayyidina Utsman bin Affan Ra didatangi oleh beberapa tamu, maka beliau berkata : “ Salah satu diantara kalian pandangannya telah melakukan zina”, maka diantara para sahabat berkata : “Apakah turun wahyu dari Allah subhanahu wata’ala setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga engkau mengetahui hal-hal yang telah kami lakukan!?’, maka sayyidina Utsman berkata : “ Tidak, bukanlah wahyu akan tetapi hanya firasat, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اِتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ
“Takutlah (hati- hatilah) terhadap firasat orang yang beriman, sesungguhnya dia melihat dengan cahaya Allah”.
Sebagaimana juga teriwayatkan ketika sayyidina Umar bin Khattab yang berada di atas mimbar dan menyampaikan khutbah Jum’ah, di pertengahan khutbah beliau berkata :
ياَ سَارِيَةُ الْجَبَلَ
“ Wahai Sariyah (naiklah) ke atas gunung”
Kemudian setelah beberapa lama, pulanglah seorang pemimpin perang yang telah diutus oleh sayyidina Umar bin Khattab ke suatu tempat, lalu ia berkata : “Ketika itu kami (kaum muslimin) berada dalam peperangan dan dalam keadaan yang sangat sulit dan terdesak, lalu ketika itu kami mendengar suara sayyidina Umar bin Khattab yang berkata : “Wahai Sariyah, naiklah ke atas gunung”, lalu kami naik ke atas gunung dan meneruskan peperangan sehingga kami pun mengalahkan musuh-musuh kami”. Padahal ketika itu sayyidina Umar sedang menyampaikan khutbah Jum’ah, namun firasat beliau mampu menembus tempat yang demikian jauh dari beliau radiyallahu ‘anhu, untuk menuntun orang-orang yang diutusnya dalam peperangan. Demikian juga sayyidina Abu Abu Bakr As Shiddiq yang melihat pohon-pohon dan bebatuan yang bersujud kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika sampai di Madinah beliau pun melihat seekor kambing yang bersujud kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian sayyidina Abu Bakr As Shiddiq merobohkan tubuhnya untuk bersujud namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menahannya dan berkata : “Janganlah engkau bersujud kepadaku”, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata : “ Wahai Rasulullah, kami ummatmu lebih berhak bersujud kepadamu daripada seekor kambing”, kemudian Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam bersabda : “ Tidak ada sujud dari manusia kecuali kepada Allah subhanahu wata’ala”. Begitu juga pengagungan dan luapan cinta sayyidina Abu Bakr As Shiddiq kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terlihat jelas dalam setiap kejadian, bahkan ketika beliau menjadi imam dalam shalat, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang maka beliau pun mundur agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maju menggantikannya sebagai imam. Dan ketika Fath Makkah Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam bersabda : “ Wahai Abu Bakr, bergembiralah karena ayahmu telah masuk Islam”, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq pun tersenyum, kemudian kembali menundukkan kepalanya dan mengalirkan air mata, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berakata : “ Wahai Abu Bakr, apa yang telah membuatmu menangis?”, kemudian beliau berkata : “Wahai Rasulullah, aku gembira ketika ayahku masuk Islam, namun ketika aku ingat bahwa ada pamanmu yang telah meninggal dan belum masuk Islam, sungguh jika engkau mengabarkan tentang keislaman pamanmu hal itu lebih membuatku bahagia, karena hal itu lebih membuatmu gembira”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menangis dan memeluk sayyidina Abu Bakr dan berkata : “Rahimakallah ya Abaa Bakr : Allah melimpahkan kepadamu kasih sayang”. Demikian besarnya cinta para sahabat kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tuntunan keluhuran telah sampai kepada kita, yaitu untuk menyampaikan dan mengajarkan kepada siapa saja yang dapat kita sampaikan dari kemuliaan, kasih sayang, pengampunan yang ditawarkan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hambaNya.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Beberapa hari lagi adalah kedatangan guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Salim bin Hafizh, namun hal yang perlu saya sampaikan bahwa acara khutbah Jum’at di Istiqlah dibatalkan, karena kedatangan beliau diundur hingga hari Jum’at atau Sabtu akan tiba di Jakarta. Dan acara rauhah malam Ahad berada di gedung Dalail Al Khairat Komplek Hankam Cidodol setelah shalat Maghrib hingga Isya’, maka bagi jamaah yang punya waktu dan kesempatan bisa hadir untuk shalat jamaah bersama beliau, bermakmum kepada orang yang mulia, yang mana dengan memandang wajahnya seseorang akan menjadi semakin dekat kepada Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
 أَلَا أُخْبِركُمْ بِخِيَارِكُمْ ؟ قَالُوا بَلَى يَا رَسُول اللَّه قَالَ : الَّذِينَ إِذَا رُءُوا ذُكِرَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ
“ Maukah kalian kuberitahu orang yang terbaik diantara kalian?, mereka menjawab : tentu wahai Rasulullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “mereka adalah orang-orang yang jika kalian melihatnya, mereka berdzikir kepada Allah ‘azza wajalla”
Orang-orang yang siang dan malamnya dilewati dalam khusyu’ kepada Allah subhanahu wata’ala. Guru mulia Al Habib Umar, semakin bertambahnya usia beliau semakin beliau memperbanyak ibadahnya, dan semakin memperbanyak khidmahnya kepada Allah dan RasulNya. Berita yang sampai kepada saya bahwa sejak beberapa bulan yang lalu beliau mengkhatamkan Al qur’an 2 kali di malam hari dan 2 kali di siang hari. Dimana mulai dari jam 02.30 beliau keluar dari rumahnya ke Darul Musthafa dan duduk bersama murid-muridnya yang hafal Al Qur’an untuk membaca Al Qur’an hingga waktu subuh, kemudian beliau melanjutkan ta’lim setelah subuh hingga waktu Isyraq, demikian sekilas dari perjuangan beliau dalam melewati hari-hari dalam kehidupan ini. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala memperbanyak guru-guru yang bisa menjadi panutan ummat seperti beliau, untuk menuntun ummat agar lebih mengenal Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian hari Ahad tanggal 2 Desember 2012 jam 08.00 adalah Haul Al Imam Fakhrul Wujud, dan hari Senin malam tanggal 3 Desember 2012 acara bersama Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Monas, semoga semua rangkaian acara ini sukses, dilimpahi keberkahan dan keluhuran oleh Allah subhanahu wata’ala zhahir dan bathin, dilimpahi kemudahan bagi kita zhahir dan bathin untuk melewati kehidupan di dunia yang fana ini menuju pada kehidupan yang kekal dan abadi. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala segera menggantikan hujan musibah dengan hujan rahmat, khususnya di kota Jakarta ini yang beberapa hari ini dilanda hujan deras, maka limpahkanlah rahmat dan perlindungan dari segala musibah, dan juga bagi seluruh wilayah muslimin di Barat dan Timur. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan hujan rahmat, hujan hidayah, dan pengampunan, dan semoga kita semua termuliakan dalam acara-acara yang luhur dalam kemulian serta keberkahan yang berkesinambungan hingga membuka ribuan pintu kemudahan zhahir dan bathin di dunia dan akhirat.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
َياالله...يَاالله... ياَالله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Minggu, 25 November 2012

K eutamaan Puasa Asyura (10 Muharram)


عن ابن عباس رضي الله عنهما, قال: ما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم, يتحرى, صيام يوم, فضله على غيره, إلا هذا اليوم, يوم عاشوراء, وهذا الشهر, يعني شهر رمضان.
(صحيح البخاري)
Dari Abdullah bin Abbas ra berlata: "tidak kulihat Nabi SAW berusaha keras dalam suatu hari yang diutamakannya dari puasa dihari lainnya, kecuali hari Asyura (10 Muharram), dan bulan ramadhan" (Shahih Bukhari)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حمدا لرب خصنا بمحمد وأنقذنا من ظلمة الجهل والدياجر الحمدلله الذي هدانا بعبده المختار من دعانا إليه بالإذن وقد نادانا لبيك يا من دلنا وحدانا صلى الله وسلم وبارك عليه وعلى آله الحمدلله الذي جمعنا في هذا المجمع الكريم وفي هذا الشهر العظيم وفي الجلسة العظيمة نور الله قلوبنا وإياكم بنور محبة الله ورسوله وخدمة الله ورسوله والعمل بشريعة وسنة رسول الله صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Membuka jiwa-jiwa hamba untuk mencintai hal yang terluhur dari segala sesuatu yang luhur di sisi Allah subhanahu wata'ala, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Maka semulia-mulia kehidupan adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pengorbanan untuk pembenahan dakwah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan seluhur-luhur kehidupan adalah kehidupan para penerus cita-cita sayyidina Muhammad shallallahu' alaihi wasallam. Mereka adalah pelita di barat dan timur, yang merupakan rahasia rahmat Ilahi yang mewarisi kebahagiaan dan kemuliaan, sehingga seseorang yang mendekat kepada mereka akan semakin terang benderang jiwanya, semakin diberi kemudahan dan diangkat segala kesulitannya oleh Allah subhanahu wata'ala, karena mereka dekat dengan pelita konektor rahmatan lil'alamin, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang bersabda:

Senin, 19 November 2012

Berwudhu Saat Tergesa-gesa



عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَرْسَلَ إِلَى رَجُلٍ، مِنْ الْأَنْصَار،ِ فَجَاءَ وَرَأْسُهُ يَقْطُرُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَعَلَّنَا أَعْجَلْنَاكَ، فَقَالَ نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا أُعْجِلْتَ، أَوْ قُحِطْتَ، فَعَلَيْكَ الْوُضُوءُ
(صحيح البخاري)
“Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra: Sungguh Rasulullah SAW mengutus untuk memanggil seorang Anshar, maka ia datang dengan wajah yang masih basah dan bertetesan air, maka berkata Nabi SAW: “Tampaknya kami telah membuatmu tergesa gesa?”, ia berkata benar, maka bersabda Nabi SAW: jika kau tergesa gesa maka cukup bagimu wudhu” (untuk sementara sebelum mandi). (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Minggu, 04 November 2012

Pahala Menunggu Kebaikan


قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا يَزَالُ الْعَبْدُ فِي صَلَاةٍ مَا كَانَ فِي الْمَسْجِدِ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ مَا لَمْ يُحْدِثْ.
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: “Seorang hamba masih tetap dalam (pahala) shalat selama ia di masjid menunggu shalat, selama ia tidak batal wudhu” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.